Penyebab
:
Disebabkan oleh Vibrio
parahaemolyticus strain unik VPAHPND. Pada
penelitian lain menyebutkan bahwa dapat disebabkan juga oleh Vibrio harveyi (bakteri
gram negatif). Acute Hepatopancreatic Necrosis Disesase (AHPND), sering
dikaitkan atau disamakan juga dengan Early Mortality Syndrome (EMS).
Organisme
yang diserang :
Udang vaname dan windu.
Gejala
klinis :
Udang yang mengalami penyakit AHPND
menunjukkan kosongnya saluran pencernaan dan hepatopankreas berwarna pucat dan
mengecil, kulit menjadi lunak, dan bintik hitam pada hepatopankreas. Kematian
dapat terjadi pada hari ke-10 setelah tebar dan udang yang lemas tenggelam
didasar kolam, berenang berputar.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Melakukan sampling lengkap secara
rutin untuk memeriksa kesehatan udang dan terbebas dari Vibrio, udang yang
lemas dan berubah perilakunya dapat menjadi peringatan dini potensi terserang
penyakit, adanya perubahan warna, adanya tanda kulit/karapas yang mengelupas
bukan karena siklus molting. treatmen air sebelum masuk kolam budidaya,
penggunaan benur SPF, manajemen budidaya yang baik dengan menjaga kualitas air
tetap stabil tidak terjadi perubahan secara mendadak, mengurangi ukuran kolam
untuk mempermudah pengelolaan, menambah aerasi untuk meningkatkan kapasitas
energi. udang yang positif AHPND didesinfeksi menggunakan kaporit 100 ppm
selama 3-7 hari kemudian dikubur; dasar tambak dibersihkan dari sisa-sisa
molting udang, pakan, dan lumpur lalu didesinfeksi menggunakan kaporit 100 ppm
dan pengeringan minimal 15 hari; desinfeksi peralatan tambak (kincir, anco,
dll) dengan kaporit 100 ppm; serta saluran inlet dan outlet dikeringkan
kemudian diberi kapur tohor 2 ton/hektar. Sebelum kolam digunakan kembali
dilakukan pemeriksaan ulang pada dasar dan dinding serta sumber air dipastikan
bebas AHPND.
2. WHITE FECES DISEASE (WFD)
Penyebab
:
disebabkan oleh bakteri Vibrio
parahaemolyticus, Vibrio fluvalis, Vibrio alginolyticus, Vibro mimicus, dan
protozoa parasit yang biasa disebut gregarin (bakteri dan protozoa).
Organisme
yang diserang :
Udang budidaya Vaname, Windu, Galah
dll.
Gejala
klinis :
munculnya kotoran udang berwarna putih
yang mengambang di air atau ada di ancho, saluran hepatopankreas (di bagian
perut yang biasanya penuh terisi makanan) mengecil dan berwarna keputihan, usus
kosong, nafsu makan dan laju pertumbuhan menurun. Udang yang terinfeksi akan
berwarna lebih gelap (terutama pada insang) dan lemas.
Pencegahan
/ Pengobatan :
kualitas air yang buruk (transparansi
renah [dibawah 20 cm], alkalinitas tinggi, DO rendah [< 3 ppm], total vibrio
tinggi [> 10² CFU/ml], tingginya materi organik atau TOM, tingginya TAN),
dan pakan berlebih harusnya menjadi peringatan yang dapat memicu terjadinya
penyakit ini. dilakukan dengan mengurangi jumlah tebar, mengurangi penumpukan
bahan organik dengan melakukan penggantian air, penggunaan klorin dan/atau
hidrogen peroksida pada saat persiapan air, menjaga kualitas air, penggunaan
bubuk bawang putih pada pakan, penggunaan probiotik untuk mengontrol populasi
bakteri Vibrio, mengontrol kestabilan warna air (berhubungan dengan populasi
fitoplankton) dengan mengatur rasio C:N:P, penggunaan benur berkualitas (SPF
atau SPR), dan kontrol pemberian pakan. jika terjadi infeksi penyakit di tambak
dapat dilakukan: segera mengurangi jumlah pakan atau menghentikan sementara
pemberian pakan, meningkatkan aerasi menggunakan kincir, tambahkan bubuk bawang
putih bersamaan pakan, dan gunakan probiotik dengan dosis 3x dari penggunaan
normal.
3. BLACK SPOT DISEASE (BINTIK HITAM)
Penyebab
:
Vibrio anguillarum.
Organisme
yang diserang :
Udang yang sering di budidayakan:
Vaname, Windu, Galah.
Gejala
klinis :
tampak fisik pada udang ialah karapas
berwarna kecoklatan dan adanya bercak hitam pada karapas udang. adanya
bercak-bercak hitam ditubuh udang, biasanya terjadi pasca panen.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Pencegahan pada penyakit ini dapat
dilakukan dengan membersihkan dasar tambak dari kotoran, sisa pakan dan sisa
moulting serta menjaga kualitas air.
4. VIBRIOSIS PADA LARVA UDANG / PENYAKIT UDANG BERPENDAR (LUMINESCENT VIBRIOSIS)
Penyebab
:
Vibrio harveyii, V. Alginolyticus, V. Parahaemolyticus, dll (Taukhid et al., 2018).
Organisme
yang diserang :
Larva udang.
Gejala
klinis :
- Tubuh
udang nampak kusam dan kotor.
- Nafsu
makan menurun, kerusakan pada kaki dan insang, atau insang berwarna kecoklatan.
- Jenis
bakteri Vibrio spp. yang berpendar
umumnya menyerang larva udang dan penyakitnya disebut penyakit udang berpendar
(luminescent vibriosis).
- Udang yang
terserang menunjukkan gejala nekrosis, kondisi tubuh lemah, berenang lambat,
nafsu makan hilang, bercak merah (red
discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat
menyala.
- Udang yang
terkena vibriosis akan menunjukkan bagian kaki renang (pleopoda) dan kaki jalan (pereiopoda)
menunjukkan melanisasi.
- Udang yang
sekarat sering berenang ke permukaan atau pinggir pematang tambak.
Pencegahan / Pengobatan :
- Desinfeksi
sarana budidaya sebelum dan selama proses pemeliharaan ikan.
- Pemberian
unsur immunostimulan Vitamin C.
-
Menghindari stress (fisik, kimia, biologi);
- Perbaiki
kualitas air, mengurangi kadar bahan organik terlarut atau meningkatkan
frekuensi penggantian air baru;
- Pengelolaan kesehatan udang secara terpadu (ikan, lingkungan dan patogen).
Penulis :
Gery Purnomo Aji Sutrisno, S.Pi.
Daftar Pustaka :
Gambar Bakteri Udang. 2021. Google Images. Diakses pada tahun
2021. (https://www.google.co.id/imghp?hl=ms&ogbl).
Penyakit Bakteri Pada Udang. 2021. Diakses Pada Tahun 2021 di
(https://app.jala.tech/).
Taukhid., Angela Mariana Lusiastuti., Mukti Sri Hastuti., Andi Rahman., Dyah Setyowati., Desy Sugiani., dan Aniek Suryani Sukowati. 2018. Buku Saku Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan.Direktorat Kawasan Kesehatan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. 234 Halaman.
Post a Comment for "Penyakit Bakteri Udang; Penyebab, Gejala Klinis, Pencegahan / Pengobatan"