1.
LERNEA ATAU KUTU JARUM (CACING JANGKAR)
Penyebab
:
Lernea
(Kutu jarum atau cacing jangkar). Lernea yang menyerang ikan adalah betina yang
sedang subur. Lernea jantan akan mengaitkan dirinya pada tubuh betina. Setelah
menancapkan kepalanya ke tubuh ikan, dimulailah perkembangan kantung telur yang
dapat dilihat tanpa alat bantu. Setelah dibuahi oleh jantan, telur akan
dilepaskan ke air dan akan menetas menjadi larva yang memiliki kemampuan
berenang. Setelah melepaskan telurnya, siklus hidup lernea berakhir. Lernea
akan mati dan meninggalkan luka menganga yang sangat rentan terhadap infeksi
sekunder.
Organisme
yang diserang :
Banyak menyerang ikan mas dan koi.
Gejala
klinis :
Sebagai ektoparasit, lernea akan
menempel pada tubuh ikan dan menyebabkan bercak (luka) merah pada tempat
menempelnya karena alat pengait yang terdapat di kepalanya. Ikan yang terserang
kutu jarum biasanya sering meloncat ke permukaan air atau menggesekkan tubuhnya
ke dinding atau dasar kolam. Di tempat lernea menancapkan kepalanya akan
terbentuk bercak merah. Lernea mudah dikenal karena memiliki warna khas
keabu-abuan. Lernea memiliki dua kantung telur pada ujung lainnya.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kebersihan media budidaya.
Lernea dapat dibunuh dengan merendam ikan dalam larutan kalium permanganat,
formalin. Apabila lernea melepaskan diri dari tubuh ikan, pindahkan ikan
sesegera mungkin ke wadah yang telah diisi air bersih. Untuk membunuh larva
kutu jarum, taburkan masoten. Untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder pada
bekas luka, dilakukan penambahan garam akuarium ke dalam kolam budidaya.
2.
ISOPODA
Penyebab
:
Isopoda Rhexanella verrucosa, Alitopus typus. Parasit ini merupakan pemakan darah (Blood feeder)
Organisme
yang diserang :
Ikan air tawar terutama yang bersisik
seperti ikan mas (Cyprinus carpio)
atau nila (Oreochromis niloticus).
Gejala
klinis :
Parasit banyak menempel di permukaan
tubuh ikan, terutama di bawah sisik atau pangkal sirip. Ikan yang terserang
Isopoda terlihat luka dan terjadi pendarahan di tempat gigitan. Parasit ini
juga ditemukan menyerang rongga mulut,
rongga insang, dan rongga hidung ikan. Dampaknya ikan yang terserang susah
makan atau susah bernapas dan menyebabkan luka. Ikan biasanya mengalami
kehilangan keseimbangan tubuh, aktivitasnya menurun, dan tidak nafsu makan.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Penanggulangan bisa dilakukan secara
manual menggunakan alat seperti gunting atau pencapit. Cara lain dengan
perendaman ke larutan Dichlorfos. Setelah Isopoda rontok, lanjutkan pengobatan
dengan menggunakan desinfektan atau antibiotik untuk mencegah kemungkinan
adanya infeksi sekunder oleh mikroba, terutama di lokasi bekas gigitan.
3.
ARGULUS ATAU KUTU IKAN (FISH LOUSE)
Penyebab
:
Argulus
foliates dan Argulus
japonicas. Mulut dan kakinya memiliki kemampuan merusak sirip dan kulit,
kaki argulus untuk berjalan di tubuh ikan, berenang di kolam, atau berpindah
tempat dari satu inang ke inang lainnya. Induk jantan lebih kecil dari betina.
Induk argulus mampu menghasilkan 50-250 butir telur. Telur menetas secara
bertahap dalam waktu 25 hari. Setelah menetas anak argulus harus mampu
menemukan inang dalam waktu 1-4 hari belum menemukan inang, Argulus akan mati.
Ukuran Argulus dewasa 5-10 mm. Seluruh siklus hidup argulus 28 hari. Argulus
dewasa mampu hidup tanpa inang 9 hari.
Organisme
yang diserang :
Ikan air tawar dan air laut.
Gejala
klinis :
Ciri utama adalah adanya dua bintik
hitam di permukaan tubuh ikan. Bintik hitam tersebut merupakan sepasang mata
Argulus. Argulus ditemukan di belakang sirip atau sekitar kepala. Ikan yang
diserang akan mengalami pendarahan (hemmorhagic) atau pembengkakan di kulit,
insang, atau sirip. Ikan yang terinfeksi menjadi gelisah dan bergerak tanpa
arah yang jelas. Jika serangannya parah, ikan menjadi malas, kehilangan nafsu
makan, produksi lendir berlebihan sehingga menyebabkan warna ikan berubah, dan
menggosokan badannya ke dasar kolam. Beberapa ikan memperlihatkan gejala sebaliknya,
yaitu menjadi diam setelah diserang kutu ikan. Serangan Argulus umumnya tidak
menyebabkan kematian, kecuali jika pada luka yang ditimbulkan menyebabkan
banyak kehilangan darah atau terjadi serangan sekunder oleh bakteri atau jamur.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Tindakan yang dilakukan segera
mencabut dan membuangnya menggunakan pinset, karena ia akan bereproduksi dengan
sangat cepat. Tentu saja tindakan ini dapat dilakukan pada saat tingkat
serangan masih rendah. Apabila serangannya sudah sangat parah, sebaiknya ikan
segera dimusnahkan dan akuarium segera disterilisasi. Apabila sudah dibuang
menggunakan pinset lakukan perendaman pada larutan antibiotik atau diobati
menggunakan Neosporin atau Panalog. Hal ini dilakukan untuk mencegah infeksi
sekunder oleh bakteri atau jamur. Pengobatan juga bisa dengan Diflubenzuron,
misalnya Anchors away atau Demillin. Perendaman ikan terserang Argulus pada
larutan formalin, Demilin, atau Kalium Permanganat.
4.
CALIGUS SPP.
Penyebab
:
Caligus
spp. Fase larva caligus sangat rentan dimangsa ikan-ikan
kecil. Setelah melalui dua atau tiga tahap perubahan, Caligus spp. Akan menyerang
ikan.
Organisme
yang diserang :
Umumnya ikan laut.
Gejala
klinis :
Ikan bersifat abnormal. Ikan produksi
lendir berlebih (tujuannya untuk pertahanan diri), ikan terlihat stres dan gerakan berenang
tidak tenang. Belum ada informasi mengenai kematian ikan yang diakibatkan oleh
parasit ini. Ikan umumnya mengalami infeksi sekunder oleh bakteri melalui luka
borok.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Perendaman pada Hydrogen Peroxide
(H202). Penggunaan Copper Sulfat atau Masoten cukup efektif membunuh Caligus spp. Namun, kedua obat ini tidak direkomendasikan oleh Food and Drug
Association.
Penulis
:
Gery Purnomo Aji Sutrisno, S.Pi.
Daftar
Pustaka :
Afrianto, Eddy., Evi Liviawaty., Zafran Jamaris., Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Cibubur, Jakarta Timur.
Post a Comment for "Penyakit Krustasea Ikan; Penyebab, Gejala klinis, Pencegahan / Pengobatan"