1. LINGKUNGAN BUDIDAYA
Penyebab
:
Upwelling; keracunan akibat populasi
plankton, keracunan pestisida/limbah industri, bahan kimia dan lainnya;
keracunan nitrit dan amonia; atau polutan yang bersifat racun. Suhu di perairan
juga dapat menyebabkan stres dan kematian.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Keracunan akibat nitrit dan amonia di
perairan. Meningkatnya senyawa nitrit di media budidaya disebut dengan penyakit
darah coklat yang berasal dari feses dan sisa pakan. Suhu di perairan juga
dapat menyebabkan stres dan kematian.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kualitas air yang baik.
2.
MATA BERKABUT (CLOUDY EYE)
Penyebab
:
Menurunnya kualitas media budidaya, terutama
air yang memiliki kadar amonia tinggi. Beberapa hal lain yang dapat menyebabkan
terjadinya mata berkabut antara lain, yaitu rusaknya kornea mata, infeksi
cacing Diplostomum spp.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan.
Gejala
klinis :
Mata berkabut, disertai dengan exophtalmia (pop eye/mata menonjol),
malaise (lelah), atau iritasi.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Memperbaiki kualitas media budidaya.
Periksa parameter air dan kemampuan media budidaya mempertahankan kualitas air,
minimal terhadap parameter ammonia, nitrit, nitrat, dan Ph.
3.
PENYAKIT GELEMBUNG RENANG
Penyebab
:
Pembengkakan usus yang menekan
gelembung renang, infeksi bakteri, pengangkutan ikan yang tidak disertai
aklimatisasi dapat melukai gelembung renang, perkelahian atau sebab lain yang dapat
merusak gelembung renang.
Organisme
yang diserang :
Banyak dialami oleh ikan mas koki.
Gejala
klinis :
Tidak mampu mempertahankan posisi
berenang. Ikan berenang dengan kepala mengarah ke atas atau ke bawah.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menghindari makanan yang mudah
mengembang dan banyak mengandung lemak. Berilah pakan yang banyak mengandung
serat, terutama bila penyakit gelembung renangnya tidak bisa mengeluarkan
feses. Pemberian pakan bervariasi jenis sangat disarankan. Apabila penyakit
disebabkan oleh bakteri gunakan antibiotik seperti Tetracycline, Erythromycin,
atau Mynocycline.
4.
MATI LEMAS (SUFFOCATION)
Penyebab
:
Kekurangan oksigen, Suhu tinggi dapat
menyebabkan oksigen terlarut menurun. Pada suhu tinggi ikan membutuhkan oksigen
lebih banyak. Ikan yang rusak karena aktivitas parasit juga dapat menyebabkan
ikan kekurangan oksigen
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Ikan berkumpul di permukaan air untuk
mendapatkan oksigen.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kolam yang baik, hindari
ikan kekurangan oksigen.
5.
TOKSIN
Penyebab
:
Uap dari cat kolam, pestisida, parfum,
atau klorin.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Bergerak secara berputar-putar.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Segera menghilangkan penyebab racun. Apabila
menggunakan cat kolam harus dikeringkan, bilas dengan air secukupnya, apabila
menggunakan klorin sebagai antiseptik. Pergantian air merupakan cara terbaik
menghilangkan racun ikan.
6.
STRES
Penyebab
:
Kimiawi; menurun kualitas air seperti
menurun kandungan oksigen terlarut, kesadahan, ph, polusi kimia penggunaan zat
pestisida, senyawa beracun nitrit dan amonia. Biologi; jumlah ikan terlalu padat
yang menyebabkan persaingan, penyebab lain adalah mikroba. Stres fisik;
perubahan temperatur, cahaya, dan konsentrasi gas di perairan kolam. Stres
dapat terjadi karena penanganan yang salah.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Nafsu Makan Berkurang, Warna Tubuh
Berubah, Malas Bergerak, Sirip Dan Ekornya Menguncup, Suka Berada Di Dasar
Akuarium.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Hindari faktor penyebab ikan stres.
7.
POLUSI
Penyebab
:
Logam, pestisida, deterjen, limbah.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Ikan mudah terserang penyakit karena
polusi mempengaruhi ketahanan ikan terhadap serangan penyakit.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Hindari faktor penyebab polusi, dan
manajamen kolam yang baik.
8.
POP EYE (EXOPHTHALMIA)
Penyebab
:
Infeksi bakteri, serangan parasit,
menurunnya kualitas air, terganggunya sistem metabolisme internal. Faktor
lingkungan yang menyebabkan meningkatnya konsentrasi amonia, nitrit dan nitrat,
atau faktor lain yang dapat memperburuk kualitas air. Peningkatan karbon
dioksida di air dapat menyebabkan pop eye. Gelembung gas CO2 dapat tertelan
oleh ikan sehingga mengakibatkan pop eye.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan.
Gejala
klinis :
Apabila hanya 1 mata yang terinfeksi,
besar kemungkinan disebabkan oleh luka. Pop eye yang mempengaruhi 2 mata
disebabkan oleh infeksi bakteri atau lingkungan budidaya. Apabila pop eye pada
2 mata diikuti infeksi jamur berarti disebabkan oleh bakteri. Apabila pop eye
pada 2 mata tidak diikuti infeksi jamur berarti disebabkan oleh lingkungan.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kualitas media budidaya.
Apabila oleh mikroba pengobatan menggunakan antibiotik. Pop eye yang disebabkan
oleh trauma dapat diobati dengan mempertahankan kondisi lingkungan optimal.
Pindahkan ikan yang terserang ke kolam karantina agar dapat dipelihara sendiri
dan tidak mengalami stres. Khusus pop eye karena mikroba penggunaan antibiotik
hanya efektif menyembuhkan apabila serangan belum parah, bila kondisi sudah
parah kecil kemungkinan bisa disembuhkan. Penggunaan kombinasi Asam Natadiksik
dengan Kanamisin Sulfat memberikan sedikit harapan.
9.
PENYAKIT GELEMBUNG GAS (GAS BUBBLE DISEASE)
Penyebab
:
Pada saat kondisi media budidaya sudah
sangat jenuh 140%, gas akan berpindah ke lingkungan yang tingkat kejenuhannya
lebih rendah, seperti udara, saluran darah, atau cairan tubuh. Organ tubuh ikan
yang paling menderita akibat tingginya kandungan gas di dalam air adalah
kantung kuning telur, insang, mata, dan kadang-kadang sirip , tapi kejenuhan
105-140% sudah banyak menimbulkan masalah. Karena pembentukan gelembung gas di
dalam rongga tubuh ikan, seperti disamping mata menyebabkan exopthalmia atau di antara daging dan
kulit. Gelembung yang terbentuk di lamella
insang dan menghambat aliran udara akan menyebabkan kematian ikan karena sesak
napas.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan.
Gejala
klinis :
Melepuhnya kulit, terutama di daerah
kepala dan di dalam atau sekitar mata. Gejala melepuh juga akan terjadi di
dalam tubuh.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Mengurangi penyebab tingginya
kandungan oksigen di dalam media budidaya. Bersihkan atau kurangi populasi
tanaman air dan alga dari media budidaya. Agar hasilnya efektif, dapat juga
digunakan bahan kimia anti ganggang. Sebaiknya populasi tanaman air dan alga
tidak lebih dari 30% luas permukaan kolam. Hal ini sangat penting untuk
mencegah terjadinya kondisi gas yang jenuh di siang hari dan kekurangan oksigen
di malam hari.
10.
TUMOR
Penyebab
:
Beberapa menyatakan karena adanya
jaringan yang terus terluka, infeksi, dan kerusakan gen yang disebabkan oleh
aktivitas virus. Ada juga yang menyatakan bahwa serangan tumor terjadi akibat
adanya senyawa kimia sehingga menyebabkan sel berkembang sangat cepat membentuk
tumor.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan.
Gejala
klinis :
Organ tumbuh di bagian tubuh ikan.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Manajemen kolam yang baik.
11.
PAKAN
Penyebab
:
Penggunaan pakan yang tidak baik
(malnutrien). Penyakit ini dapat disebabkan karena kekurangan vitamin pada
pakan, penggunaan pakan yang telah membusuk, atau memberikan pakan yang sudah
mengandung kuman atau racun, pemberian pakan yang kandungan nutrisinya tidak
memenuhi standar.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Ikan lemah sehingga mudah terserang
penyakit, timbulnya gejala usus pecah, mengalami kesulitan mengendalikan arah
gerakan, sulit mengapung sehingga cenderung berdiam diri di dasar media
budidaya.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Penggunaan pakan unggulan berkualitas
tinggi sangat direkomendasikan.
12.
KEKURANGAN VITAMIN
Penyebab
:
Kekurangan vitamin dapat menyebabkan
gangguan mekanisme kerja tubuh karena sangat berperan dalam melaksanakan fungsi
tubuh dan osmoregulasi. Vitamin banyak terkandung di pakan alami tetapi kurang
terkandung di pakan buatan. Penambahan vitamin pada pakan buatan merupakan
upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan vitamin. Kurangnya
kalsium dan vitamin C dalam pakan buatan dapat menjadi penyebab utama gangguan
pertumbuhan tulang.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Pertumbuhan tulang tidak normal (lordosis atau scoliosis), kecepatan tumbuh menurun, kehilangan nafsu makan, dan
penurunan bobot tubuh.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menggunakan pakan alami, dan pakan buatan
yang banyak mengandung vitamin.
13.
SEMBELIT (KONSTIPASI)
Penyebab
:
Ketidaksempurnaan pola makan.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Kehilangan nafsu makan, tidak bisa
buang kotoran, dan bermalas-malasan di dasar media budidaya. Dalam kasus berat
bisa disertai dengan napas tersengal-sengal (megap-megap) dan badan mengembung.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Ikan dipuasakan selama beberapa hari.
Tambahkan garam inggris ke dalam media budidaya. Naikkan suhu media budidaya
sampai batas toleransi secara bertahap untuk meningkatkan metabolisme. Pada
saat ikan tampak mulai bisa membuang kotoran, beri makan untuk pertama kali
dengan pakan yang mengandung serat tinggi.
14.
OKSIGEN
Penyebab
:
Oksigen. Apabila kekurangan
(hipoksia), bila berlebihan penyakit gelembung. Media budidaya 0% oksigen
disebut anaerobik atau anoksik. Konsentrasi 1-30% disebut hipoksia atau
dysoxic, kebanyakan ikan tidak bisa hidup di bawah kejenuhan 30. Media budidaya
yang baik jarang memiliki kandungan oksigen terlarut lebih dari 80%
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Apabila kekurangan (hipoksia) Ikan
berkumpul di permukaan air untuk mendapatkan oksigen. Apabila lebih dari 80%
Ikan tidak mampu mempertahankan posisi berenang, ikan berenang dengan kepala
mengarah ke atas atau ke bawah.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Apabila kekurangan oksigen dilakukan
aerasi, yang perlu diperhatikan apabila menggunakan aerasi adalah menghindari
terjadinya pencampuran antara lumpur dasar kolam dengan air. Lumpur dasar kolam
mengandung bakteri pengurai, sehingga pencampuran yang diakibatkan oleh proses
aerasi tidak akan memberikan hasil maksimal karena bahan organik dan bakteri
pengurai tersebut akan mengonsumsi oksigen hasil aerasi. Cara lain untuk
mempertahankan kandungan oksigen di media budidaya adalah menggunakan Kalium
Permanganat yang dapat mengoksidasi bahan organik di dasar kolam dan mengurangi
penggunaan oksigen. Penggunaan senyawa ini akan menyebabkan perairan berwarna
ungu. Apabila kurang dari satu jam telah terjadi perubahan warna air maka
penggunaan senyawa tersebut dapat diulangi dengan dosis lebih rendah. Senyawa
Kalium Permanganat bersifat racun sehingga penggunaannya jangan melebihi dosis.
Penggunaan pupuk Superfosfat juga disarankan. Pupuk ini akan merangsang tanaman
untuk meningkatkan produksi oksigen. Penggunaan kapur juga disarankan karena
dapat menurunkan konsentrasi karbondioksida di dalam media budidaya sehingga
akan mempertahankan kandungan oksigen. Sifatnya yang beracun, penggunaannya
jangan berlebih. Untuk hasil yang lebih efektif, penggunaan ketiganya sebaiknya
dilakukan secara bersamaan.
15.
PEMANGSAAN
Penyebab
:
Serangan hama burung, reptil, atau
mamalia.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Serangan hama menyebabkan kematian
pada ikan. Beberapa ikan dapat meloloskan diri dari pemangsaan, tetapi stres
dan luka yang dialami dapat menurunkan kemampuan ikan untuk mengatasi serangan
infeksi sekunder.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Mencegah hama mendekat atau memasuki
kolam.
16.
IKAN MATI MENDADAK
Penyebab
:
Kematian mendadak yang sering dialami
oleh petani ikan di jaring terapung disebabkan oleh adanya arus balik yang
membawa amonia dan senyawa beracun dari dasar waduk ke permukaan. Tentu saja
ikan yang dipelihara di jaring apung tidak dapat lari menghindar dari racun
tersebut sehingga mati massal. Kematian ikan di kolam atau akuarium mempunyai
kemiripan, tetapi tidak selalu diawali dengan adanya arus balik, karena di
kolam atau akuarium tidak terdapat lapisan air, sehingga air di bagian bawah
akan selalu bersirkulasi oleh adanya aerasi dan filter. Apabila media budidaya
tidak dibersihkan maka kualitas air di seluruh media budidaya akan menurun.
Kondisi ini sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan kematian ikan secara
mendadak apabila terdapat kandungan senyawa amonia dan hidrogen sulfida dalam
jumlah besar.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Ikan mati massal.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Jangan sampai air kolam kotor.
17.
SENYAWA BERACUN
Penyebab
:
NH3, H2S, Pestisida (Klorin (CL2), dan
koloramin (NH4CL)).
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Tanda ikan mengalami keracunan oleh
klor atau kloramin adalah gerakannya yang ingin meninggalkan kolam. Gerakannya
liar karena sedang berusaha mencari bagian kolam yang tidak mengandung senyawa
racun. Apabila gagal, ikan menjadi lesu dan lemah. Senyawa klorin dan kloramin
dapat merusak insang sehingga menyebabkan ikan tersengal- sengal karena
kesulitan bernapas. Tanda insang ikan sudah rusak, yaitu cenderung berkumpul di
saluran pemasukan air.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah
menghindari penggunaan air yang mengandung klorin atau kloramin. Apabila
terpaksa, gunakan bak untuk menampung air sebelum dimasukan ke media budidaya.
Biarkan semalam untuk menguapkan klorin yang bersifat tidak stabil atau berikan
aerasi secara intensif. Disarankan juga untuk menambahkan senyawa antiklorin
yang mengandung Natrium Tiosulfat di bak penampungan air. Bahan ini banyak
dijual di toko ikan hias. Natrium Tiosulfat akan mengikat klorin dan kloramin.
Klorin mudah diikat, sedangkan kloramin lebih sulit karena akan menghasilkan
amonia. Agar hasilnya lebih efektif sebaiknya kolam dilengkapi dengan filter
yang mengandung zeolit.
18.
KETURUNAN
Penyebab
:
Genetik akibat perkawinan satu
turunan.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Bentuk kelainan fisik merupakan
penyakit ikan yang disebabkan keturunan. Ciri lain adalah tumbuh ikan lambat
sehingga banyak yang kerdil dan ukurannya beragam, ikan menjadi lebih sensitif
terhadap serangan infeksi patogen, dan terlihatnya organ tubuh yang tidak sempurna.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Gunakan benih unggulan yang sehat.
19.
SINDROM KOLAM BARU
Penyebab
:
Kolam baru tidak adanya siklus
nitrogen.
Organisme
yang diserang :
Semua ikan dan udang.
Gejala
klinis :
Kematian secara tiba-tiba, air menjadi
keruh, dan bau. Beberapa petani ikan merasa heran dan bingung, mengapa ikan
yang ditebarkan ke media budidaya yang baru dibuat mengalami kematian massal,
sepengetahuan mereka, kolam yang baru sudah disterilkan sehingga tidak ada
penyakit.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Mengisi kolam dengan air dan
membiarkannya beberapa saat. Tujuannya adalah menciptakan kondisi kolam yang
memiliki siklus nitrogen dan oksigen. Kolam dengan siklus nitrogen dan oksigen
akan mampu mengatasi senyawa amonia dan merubahnya menjadi senyawa nitrat yang
tidak berbahaya. Dalam keadaan normal, dibutuhkan waktu sebulan untuk
menghadirkan siklus nitrogen dan oksigen di kolam. Dengan perlakuan tertentu,
siklus nitrogen dapat dibuat lebih cepat.
Penulis
:
Gery Purnomo Aji Sutrisno, S.Pi.
Daftar
Pustaka :
Afrianto, Eddy., Evi Liviawaty., Zafran
Jamaris., Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Cibubur, Jakarta Timur.
Post a Comment for "Penyakit Non-Patogen Ikan dan Udang; Penyebab, Gejala Klinis, Pencegahan / Pengobatan"