1. CHANNEL CATFISH VIRUS DISEASE (CCVD)
Penyebab
:
Virus Herpes.
Organisme yang diserang :
Anak-Anak ikan lele, atau lele dewasa.
Gejala
klinis :
Hilangnya keseimbangan tubuh, ikan bergerak berputar-putar dan tergantung vertikal, mata menonjol (exopthalmus), perut mengembang atau distensi.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kondisi media budidaya agar selalu nyaman dan aman bagi ikan peliharaan, hindari terjadinya stres pada ikan. Bila terjadi kematian, benih harus disingkirkan serta dilakukan disinfeksi. Vaksinasi benih bebas IcHV1 menjanjikan namun belum diimplementasikan.
2. SPRING VIRAEMIA OF CARP (SVC)
Penyebab
:
Rhabdovirus RNA dan menyerang pada musim semi.
Organisme yang diserang :
Common carp, Cyprinus carpio, Silver carp, bighead carp (Aristichthys nobilis), crucian carp (Carrasius auratus), Pike Fry (Esox lucius), Grass carp (Ctenocephalon idella), Guppies (Lebistes reticulata).
Gejala
klinis :
Ikan berkumpul di bagian saluran pengeluaran, warna ikan menjadi gelap, hemoragi, mata menonjol (exopthalmus).
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kondisi media budidaya agar
selalu nyaman dan aman bagi ikan peliharaan, hindari terjadinya stres pada ikan.
Benih bebas virus, Penggunaan air bebas
virus, disinfeksi telur, kolam, dan peralatan. Vaksin telah
dikembangkan namun tidak untuk penggunaan komersial.
3. INFECTIOUS PANCREATIC NECROSIS (IPN)
Penyebab
:
Birnavirus.
Organisme yang diserang :
Ikan Salmonis terutama yang masih muda, Ikan mas (Cyprinus carpio), diskus (Symphysodon discus), Sidat (Anguilla anguilla), Scallop.
Gejala
klinis :
Kematian massal ikan muda, warna tubuh gelap, bergerak berputar-putar, exophthalmus, perut membesar terdapat cairan visceral.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kondisi media budidaya agar
selalu nyaman dan aman bagi ikan peliharaan, hindari terjadinya stres pada ikan.
4. PENYAKIT BINTIL PUTIH
Penyebab :
Virus Lymphocystis dari family Iridovirus.
Organisme yang diserang :
Menyerang ikan, tetapi tidak menyerang golongan ikan mas (Cyprinid) maupun lele (Catfish).
Gejala klinis :
Bintil berwarna putih pada kulit dan insang, pada tahap awal serangan penyakit ini menyerupai serangan white spot, bedanya jumlah limfosistis relatif sedikit dan akan tumbuh membesar, bintil yang tumbuh berwarna putih abu-abu atau merah jambu, serangan menyebabkan kehilangan nafsu makan, ikan menjadi kurus.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kondisi media budidaya agar
selalu nyaman dan aman bagi ikan peliharaan, hindari terjadinya stres pada ikan.
Penyakit ini sembuh dengan sendirinya. Limposistis dapat dibunuh dengan
mensterilisasi air menggunakan sterilisasi UV, ozon, Klorin, filter mikro, atau
diatom filter, operasi kecil untuk membuang bintil putih tidak disarankan
karena dapat mengakibatkan stres, kecuali apabila ukuran dan posisi bintil
tersebut sangat mengganggu aktivitas ikan yang terinfeksi.
5. DROPSI
Penyebab
:
Virus, Bakteri Aeromonas, Myobakteri, Parasit Hexamita atau Mitasproa cyprini, Pseudomonas, Corynebacterium Di perairan secara alamiah organisme penyebab dropsi hidup dalam jumlah normal dan terkendali, menjadi patogen apabila terjadi penurunan kondisi lingkungan media budidaya, menurunnya fungsi kekebalan tubuh ikan, malnutrisi, atau karena faktor genetik.
Organisme yang diserang :
Ikan air tawar.
Gejala
klinis :
Ikan mulai sulit membuang kotoran dan terjadi pembengkakan pada rongga tubuh ikan. Pembengkakan akibat akumulasi cairan atau lendir dalam rongga tubuh, kelincahan ikan menurun,cenderung banyak diam, gejala kerap disertai gangguan pernapasan dan perubahan kulit menjadi pucat kemerahan.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kondisi media budidaya agar
selalu nyaman dan aman bagi ikan peliharaan, hindari terjadinya stres pada
ikan, hindari menambah ikan ke media budidaya yang tercemar dropsi atau
memindahkan ke kolam lain yang berisi ikan sehat , penyebaran dropsi dapat
melalui jaring atau tangan yang basah. Ikan yang sakit harus segera dikarantina
untuk mengisolasi sehingga dapat dirawat secara optimal, buang ikan yang sudah
mati. Apabila proses pengobatan sudah selesai, lakukan pergantian seluruh air
akuarium karantina secara bertahap untuk membuang sisa antibiotik dan tambahkan
arang aktif yang baru. Perendaman secara kontinu dalam larutan antibakteri.
Apabila ikan memiliki nafsu makan, pengobatan dapat dilakukan menggunakan pakan
yang telah dicampur antibiotik, seperti Oxytetracycline atau Chloramphenicol
dengan dosis 55 mg/kg berat ikan per hari selama 10 hari atau Sulphamerazine
dengan dosis 2656 mg/kg berat badan selama 3 hari. Untuk mempertahankan
osmoregulasi dan stres pada ikan yang terserang dropsi, tambahkan satu sendok
teh (20 g) garam untuk setiap 100 liter air akuarium karantina. Lakukan aerasi
secara kontinu dan jangan menggunakan arang aktif. Tambahkan satu dosis
Nalagram dan biarkan selama 48 jam. Ulangi sekali lagi dan selanjutnya lakukan
pergantian air akuarium karantina sebanyak 25%.
6. INFECTIOUS HAEMATOPOIETIC NECROSIS
(IHN)
Penyebab
:
Virus.
Organisme yang diserang :
Rainbow trout (Salmogairdneri), Chinook salmon (Oncorrhynchus tshawytscha), sockeye salmon.
Gejala
klinis :
Lethargik, berkumpul di tepi kolam, tubuhnya berwarna lebih gelap, anemia, dan mata menonjol, pada serangan yang lebih parah terjadi pembengkakan pada tulang belakang (scoliosis atau lordosis), pembengkakan abdomen.
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kondisi media budidaya agar
selalu nyaman dan aman bagi ikan peliharaan, hindari terjadinya stres pada ikan.
7. VIRAL NERVOUS NECROSIS (VNN) / NERVOUS NECROSIS VIRUS (NNV)
Penyebab
:
Virus berbahaya bagi pembenihan ikan (Virus RNA).
Organisme yang diserang :
Larva dan juvenil ikan laut dan menyerang sistem organ saraf mata dan otak, juga menyerang ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis), Kerapu tikus.
Gejala
klinis :
Tingkat infeksi pada ikan berumur 20-40 hari mengakibatkan tingkah laku berenang abnormal, berenang di dekat permukaan air dan banyak yang mati di dasar bak. Pada ikan berumur 2-4 bulan cenderung berdiam diri di dasar kolam. Tingkat infeksi yang terjadi pada ikan berumur empat bulan ke atas akan memperlihatkan gejala sering terlihat berenang mengambang di atas permukaan air disertai adanya pembesaran gelembung renang.
- Kerusakan otot serta berenang berputar dalam kondisi bagian perut di permukaan (Maftuch dan Syamsudin Dalimunthe, 2012).
Pencegahan
/ Pengobatan :
Menjaga kondisi media budidaya agar selalu nyaman dan aman bagi ikan peliharaan, hindari terjadinya stres pada ikan.
8. KOI HERPES VIRUS (KHV)
Penyebab
:
Virus Herpes.
Organisme yang diserang :
Ikan mas (common carp) dan Ikan Koi.
Gejala
klinis :
Ikan kehilangan nafsu makan, gerakan ikan tidak normal dan megap-megap (operkulum bergerak cepat), bercak putih pada insang yang selanjutnya berkembang menjadi geripis pada ujung lamella dan akhirnya membusuk, perdarahan di sirip serta luka melepuh, Kematian 1-5 hari setelah gejala awal.
- Lamela insang bernanah dan berlendir (gill necrosis), mata ikan masuk kedalam (sunken eyes), lubang hidung membesar (Maftuch dan Syamsudin Dalimunthe, 2012).
Pencegahan
/ Pengobatan :
Kematian massal akibat KHV terjadi pada temperatur air 17-25◦C dan tingkat kematian akan menurun apabila suhu air berada di atas atau di bawah kisaran temperatur tersebut, pencegahan juga dengan meningkatkan daya tahan tubuh ikan. Immunostimulan merupakan bahan yang dapat digunakan untuk meningkatkan pertahanan non spesifik untuk pengendalian penyakit ikan. Cromium yeast (Cr-yeast) merupakan salah satu bahan immunostimulan yang banyak diaplikasikan. Bahan ini biasanya digunakan sebagai pencampur pakan.
9. PENYAKIT IRIDOVIRUS (GROUPER SLEEPY DISEASE IRIDOVIRUS)
Penyebab
:
Family Iridoviridae, Genus Ranavirus
(Virus dsDNA).
Organisme
yang diserang :
Ikan Kerapu.
Gejala
klinis :
- Nafsu
makan berkurang, pergerakan renang yang lemah dan tidak berorientasi serta
berdiam diri di dasar bak dengan keadaan berbaring pada salah satu sisi tubuh.
- Warna
tubuh ikan menjadi gelap dan mengalami anemia akut, hal ini terlihat dari warna
insang yang pucat dan kadar hematocrit yang rendah (<25%).
- Serangan
iridovirus memunculkan gejala pembengkakan pada organ limpa dan menyebabkan
kematian ikan.
Pencegahan / Pengobatan :
- Pemberian
vaksin anti iridovirus.
-
Pengendalian secara spesifik belum ada, namun untuk pencegahan penyakit virus
dapat dilakukan dengan sanitasi pada semua peralatan dan tahapan budidaya.
-
Minimalisir “stress” selama proses transportasi.
- Mengurangi
kepadatan.
11. MEGALOCYTIVIRUS
Penyebab
:
Genus Megalocytivirus.
Organisme
yang diserang :
- Genotipe 1: Dwarf Gouramy, African
Lampreye, Murray, Isolat dari berbagai sepesies ikan laut di Jepang, Korea,
Cina, dan Thailand;
- Genotipe 2: Red sea bream, Isolat
dari spesies ikan air tawar di negara- negara Asia Tenggara termasuk China,
Indonesia, dan Malaysia, dan Ikan Laut yang ditangkap di Laut Cina Selatan;
- Genotipe 3: Isolat dari spesies
flatfish di korea dan Cina;
- Virus anggota Iridovirus dapat menginfeksi invertebrata dan vertebrata poikilothermal termasuk hewan yang dapat
terinfeksi adalah insekta, ikan, amfibia dan reptile;
- Menyerang ikan hias dan Gurame.
Gejala
klinis :
- Kelesuan,
anoreksia, hiperpigmentasi, eksoptalmus, lesi kulit, perilaku berenang yang
tidak biasa, anemia berat, dan feses berwarna putih;
- Anemia,
radang dan pembengkakan pada limpa dan ginjal, pada sel-sel yang diserang
terbentuk inclusion bodybearing cell (IBL)
serta mengalami nekrosis jaringan.
Pencegahan / Pengobatan :
- Manajemen
kualitas air;
- Vaksinasi
rutin;
- Penerapan
biosekuriti.
12. TILAPIA LAKE VIRUS (TiLV)
Penyebab
:
Tilapia lake virus (TiLV).
Organisme
yang diserang :
- Ikan nila.
- Ikan nila dari telur yang dibuahi
dan benih.
Gejala
klinis :
- Ikan
terlihat lemah, nafsu makan menurun, berenang di permukaan air dan penurunan
kesadaran;
- Warna
tubuh lebih gelap, perut membengkak (dropsy),
katarak dan/atau endophthalmus/exophthalmus,
erosi pada sirip/kulit.
- Hilangnya
lingkaran emas (golden ring) di
sekeliling mata, nekrosis pada operculum, ulcer di permukaan tubuh dan
pembengkakan organ internal (hati, limpa, dan ginjal).
Pencegahan / Pengobatan :
- Tidak
melakukan mobilisasi ikan nila dari wilayah/negara wabah;
- Penerapan
CPIB dan CBIB;
- Persiapan
petak kolam/tambak secara sempurna seperti pengeringan dasar/tambak;
-
Menggunakan benih yang bersertifikat;
- Melakukan
vaksinasi rutin;
- Penerapan biosecurity serta sanitasi unit
pembenihan dan budidaya;
- Pemuliaan
jenis ikan nila tahan TiLV;
-
Pengembangan stok nila bebas pathogen (SPF);
- Lakukan screening benih dengan melakukan
pengujian TiLV dengan PCR sebelum benih ditebar;
-
Menghindari stress dengan cara menjaga padat tebar dan menjaga kualitas air
agar optimal.
13. EPITHELIOMA PAPULASUM
Penyebab
:
Virus.
Organisme
yang diserang :
Ikan mas ( C. Carpio), Prussian carp (Carassius
auratus) dan beberapa jenis ikan hias.
Gejala
klinis :
- Serangan menyebabkan cacar.
- Tubuh ikan timbul bercak-bercak
putih seperti susu yang secara perlahan-lahan akan membentuk lapisan lebar
mirip kaca atau lemak dengan ketebalan antara 1-2mm; jika serangan gencar, maka
dalam waktu yang singkat lapisan ini akan menutupi seluruh permukaan tubuh
ikan.
Pencegahan
/ Pengobatan :
- Pengobatan dengan arsenik yang telah
dilarutkan dalam senyawa arycil, dengan menyuntik bagian perut ikan yang sakit.
Penyuntikan pertama dilakukan dengan menggunakan 1 ml larutan 1 persen arsenik
dalam senyawa arycil dan diikuti 3 kali penyuntikan dengan larutan 5 persen.
Penulis :
Gery Purnomo Aji Sutrisno, S.Pi.
Daftar Pustaka:
Afrianto, Eddy., Evi Liviawaty.1992. Pengendalian Hama & Penyakit Ikan. Kanisius: Yogyakarta.
Afrianto, Eddy., Evi Liviawaty., Zafran Jamaris., Hendi. 2015. Penyakit Ikan. Penebar Swadaya: Cibubur, Jakarta Timur.
Maftuch dan Syamsudin Dalimunthe. 2012. Penyakit Hewan Akuakultur. UB Press. 153 Halaman.
Taukhid., Angela
Mariana Lusiastuti., Mukti Sri Hastuti., Andi Rahman., Dyah Setyowati., Desy
Sugiani., dan Aniek Suryani Sukowati. 2018. Buku Saku Pengendalian Hama dan
Penyakit Ikan.Direktorat Kawasan Kesehatan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. 234 Halaman.
Post a Comment for "Penyakit Virus Ikan; Penyebab, Gejala Klinis, Pencegahan / Pengobatan"