Klasifikasi dan
Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei)
Klasifikasi udang vaname menurut Wyban
dan Sweeney (1991) adalah sebagai berikut:
Phylum : Arthropoda
Class : Crustacea
Subclass : Malacostracea
Seri : Eumalacostraca
Superordo : Eucarida
Ordo : Decapoda
Subordo : Dendrobrachiata
Infraordo : Penacidea
Superfamily : Pecidea
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
Subgenus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Menurut Manoppo (2011), tubuh udang vaname berwarna putih transparan sehingga lebih umum dikenal sebagai “White shrimp”. Tubuh sering berwarna kebiruan karena lebih dominannya kromatofor biru. Panjang tubuh dapat mencapai 23 cm. Udang vaname dapat dibedakan dengan spesies lainnya berdasarkan pada eksternal genitalnya. Panjaitan (2012) menambahkan bahwa udang vaname mempunyai tubuh beruas-ruas seperti udang penaeid lainnya, dimana pada tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan. Udang vaname termasuk ordo decapoda yang dicirikan memiliki sepuluh kaki terdiri dari lima kaki jalan dan lima kaki renang. Tubuh udang vaname secara morfologis dibedakan menjadi dua bagian yaitu cephalotorax atau bagian kepala dan dada serta bagian abdomen atau perut. Bagian cephalotorax terlindung oleh kulit chitin yang tebal disebut carapace. Secara anatomi cephalotorax dan abdomen terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas, dimana masing-masing segmen tersebut memiliki anggota badan yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri.
Habitat Udang Vaname
(L. vannamei)
Habitat
udang vaname usia muda adalah air payau, seperti muara sungai dan pantai.
Semakin dewasa udang jenis ini semakin suka hidup di laut. Ukuran udang
menunjukan tingkat usai. Dalam habitatnya, udang dewasa mencapai umur 1,5
tahun. Pada waktu musim kawin tiba, udang dewasa yang sudah matang telurnya
atau calon spawner berbondong-bondong
ke tengah laut yang dalamnya sekitar 50 meter untuk melakukan perkawinan. Udang
dewasa biasanya berkelompok dan melakukan perkawinan, setelah betina berganti
cangkang (Nadhif, 2016).
Di
alam udang ini menyukai dasar berlumpur pada kedalaman dari garis pantai sampai
sekitar 72 m. Hewan ini juga telah ditemukan menempati daerah mangrove yang
masih belum terganggu. Udang ini nampaknya dapat beradaptasi dengan perubahan
temperatur dan tekanan di alam. Udang vaname dapat beradaptasi dengan baik pada
level salinitas yang sangat rendah (Manoppo, 2011).
Penyakit yang Biasa
Menyerang Udang Vaname (L. vannamei)
Akhir-akhir
ini muncul beberapa penyakit yang menyerang udang. Telah diketahui adanya
infeksi penyakit oleh virus atau virus-like pada komoditas udang di
Indonesia, terutama oleh white spot, yang saat ini sering disebut dengan
penyakit bercak putih atau white spot syndrome virus (WSSV). Kematian
udang pada usia satu sampai dua bulan di tambak sudah menjadi hal yang umum
sebagai akibat serangan virus bercak putih, yang mengakibatkan ribuan hektar
tambak tidak bisa berproduksi lagi. Hal ini berdampak terhadap kerugian negara
yang diperkirakan mencapai 2,5 trilyun rupiah per-tahun. Pada tambak udang,
virus ini bisa mengakibatkan total kematian 100% pada 2 sampai 10 hari
penyerangan. Mekanisme penyerangan WSSV ke tubuh udang awalnya bersifat
intrasitoplasmik masuk ke dalam sel inang, kemudian pada tingkat serangan yang
lebih tinggi deoxyribonucleic acid (DNA) virus masuk ke dalam DNA inang
dan mengambil alih proses transkripsi dan translasi sesuai proses dalam DNA
virus. Pada tahap transkripsi dan translasi tersebut gen WSSV mengekspresikan
suatu protein non struktural yang dinamakan protein ICP11, yang diduga sangat
berperan pada infeksi WSSV (Kilawati dan Maimunah, 2015).
Post a Comment for "Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)"