pH Anggur Laut (Caulerpa sp.)
Menurut Ginting, et al. (2015), Caulerpa sp. tumbuh secara bergerombol atau
berumpun sehingga sering disebut sebagai
anggur laut. Pertumbuhan Caulerpa sp. sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan. Parameter fisika dan kimia perairan seperti suhu,
salinitas, pH dan DO harus diperhatikan agar tidak mengganggu pertumbuhan Caulerpa sp. Pada kisaran pH
6,8-9,6 semua alga
masih dapat hidup
dan melakukan pertumbuhan,
sedangkan pH kurang dari 4.0 sebagian tumbuhan air mati, karena tidak dapat bertoleransi
pada pH yang rendah. Kisaran pH optimal untuk Caulerpa sp. adalah 7,9.
Menurut Rabia
(2016), Caulerpa sp. dapat
beradaptasi dengan berbagai lingkungan budidaya. Keberhasilan dari budidaya Caulerpa sp. tidak lepas dari parameter
fisika kima perairan. Selain itu, keberhasilan budidaya anggur lain ini
ditandai dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi. Kisaran pH yang baik untuk
pertumbuhan Caulerpa sp adalah
sekitar 7,9-8,4. Tingkat kualitas air yang baik pada budidaya dapat menunjang
pertumbuhan dan produksi Caulerpa sp.
Caulerpa
merupakan salah satu genus alga laut dari
Famili Caulerpaceae dan termasuk spesies dari Kelas Chlorophyceae (alga hijau).
Makroalga laut jenis Caulerpa racemosa memiliki thalus berwarna hijau seperti
tanaman rumput, terdiri dari banyak cabang tegak yang tingginya sekitar 2,5-6,0
cm. Batang pokok berukuran antara 16-22 cm. Terdapat bulatan-bulatan seperti
anggur pada puncak cabang, panjang setiap puncak cabang sekitar 2,5-10,0 cm.
Caulerpa racemosa tumbuh bergerombol atau berumpun oleh karena itu sering
disebut sebagai anggur laut. Keberadaannya dapat dijumpai di paparan terumbu
karang dengan kedalaman hingga 200 m. Sebagai fitobentik, tumbuhan ini hidup menancap
atau menempel di substrat dasar perairan laut seperti karang mati, fragmen
karang, pasir dan lumpur. Pertumbuhannya bersifat epifitik atau saprofitik dan
kadang-kadang berasosiasi dengan tumbuhan laut. Air laut di perairan mempunyai
rata-rata pH antara 7.8. Kondisi pH tersebut sesuai untuk pertumbuhan alga yang
mengatakan bahwa pH yang baik untuk pertumbuhan alga adalah 5 - 8. (Odum, 1971 dalam Yudasmara, 2014).
Jenis
rumput laut yang banyak diminati di pasar internasional masih dominan pada
kelompok jenis E. spinosum, E. cottoni, Kappaphycus dan Gracilaria sp.,
sedangkan makroalga dari kelas Chlorophyceae, jenis Caulerpa masih dimanfaatkan
dan diperdagangkan secara lokal. Caulerpa menjadi komoditas yang mempunyai
nilai ekonomi, yang diperjual belikan di pasar lokal dan menjadi sajian khas
sejumlah restoran, misalnya di Kabupaten Jepara. Caulerpa merupakan salah satu rumput
laut yang secara langsung dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai lalapan dan
sayuran. Caulerpa mempunyai kandungan gizi yang cukup tinggi sebagai sumber
protein nabati, mineral maupun vitamin. Produksi rumput laut jenis Caulerpa
tergolong masih rendah, sebab sampai saat ini produksi Caulerpa masih
mengandalkan hasil dari alam sehingga bergantung pada musim. Terkadang walaupun
sudah musimnya tumbuh, Caulerpa juga tidak ditemukan di perairan. Kisaran nilai
pH pada media pemeliharaan rumput laut C. lentillifera adalah 8 – 9. C.
lentillifera berkembang normal pada pH 8 dan menunjukkan peningkatan biomassa
pada nilai pH yang berkisar 7,7 – 8,3. Hampir seluruh alga menyukai kisaran pH
6,8 – 9,6, sehingga pH bukanlah masalah bagi pertumbuhannya (Ilustrisimo et al, 2013 dalam Dahlia et al, 2015).
Suhu Anggur Laut (Caulerpa sp.)
Menurut Susilowati,
et al. (2018), salah satu jenis
rumput laut yang cukup menjanjikan adalah jenis Caulerpa racemosa atau anggur
laut. Suhu merupakan faktor pembatas keberhasilan dalam budidaya anggur laut.
Kisaran suhu air yang optimal bagi pertumbuhan rumput laut dengan nilai berkisar 20-30oC. Kisaran suhu ini mampu
menumbuhkan talus rumput laut. Suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian
pada anggur laut.
Menurut Yudasmara
(2014), Suhu rata-rata untuk pertumbuhan anggur laut yaitu 28.6.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan perkembangan Anggur Laut karena akan berpengaruh langsung terhadap proses
metabolismenya. Suhu yang terlalu tinggi akan menyebabkan Anggur Laut
memperlambat proses pertumbuhannya akibat menurunnya kerja enzim (degradasi
enzim) dan cepat mengalami pemutihan thalus dan lepasnya ramuli.
Salinitas Anggur
Laut (Caulerpa sp.)
Keadaan yang
mempengaruhi laju pertumbuhan anggur laut adalah
parameter fisika-kimia perairan. Komponen fisika-kimia perairan yaitu meliputi suhu,
salinitas, pH,
dan DO yang masih
dalam kisaran yang sesuai. Salinitas yang
terukur selama penelitian rata-rata berkisar 30,6 ppt. Salinitas tersebut cukup
wajar untuk mendukung kehidupan anggur laut. Anggur laut masih dapat hidup pada
salinitas antara 5-35 ppt (Yudasmara, 2014).
Menurut Khatimah, et al. (2016), Caulerpa racemosa merupakan salah satu makroalga atau tumbuhan
tingkat rendah yang tumbuh secara alami di Perairan Indonesia. Makroalga jenis
C. racemosa biasa dikenal dengan sebutan anggur laut (sea grapes) atau kaviar hijau. Salah satu nilai parameter kualitas
air yang diukur sebagai tempat yang baik untuk pertumbuhan dari anggur laut (C. racemosa) adalah salinitas. Nilai yang layak
untuk pertumbuhan C. racemosa yang
tumbuh dengan baik di perairan dengan salinitas 25-35 ppt. Salinitas dapat
berfluktuasi dan tergantung pada musim, topografi, pasang surut dan jumlah air
tawar yang masuk kedalam suatu perairan.
Parameter ekosistem utama yang merupakan syarat tumbuh
bagi rumput laut antara lain: (1) intensitas cahaya, (2) musim dan suhu, (3)
salinitas, (4) pergerakan air dan (5) zat hara (nitrat dan fosfat). Rumput laut
memperoleh atau menyerap makanannya melalui sel-sel yang terdapat pada thallusnya
dengan cara difusi melalui seluruh permukaan tubuh. Salinitas dalam media pemeliharaan masih layak untuk pertumbuhan C.
lentillifera. Hasil pengukuran salinitas dalam media pemeliharaan berkisar
27 – 33‰. Menurut Guo et al. (2014b), rumput laut C. lentillifera
dapat bertahan hidup pada salinitas 20 – 50‰, tetapi pertumbuhan hanya bisa
terjadi pada salinitas 20 - 45‰. Laju pertumbuhan spesifik maksimal 2,038±0,465
%/hari terjadi pada salinitas 35‰ (Dahlia, et
al. 2015).
Parameter ekosistem
utama yang merupakan syarat tumbuh bagi anggur laut (C. Lentillife) salah
satunya yiautu salinitas. Salinitas dalam media pemeliharaan masih layak untuk
pertumbuhan C. lentillifera. Hasil
pengukuran salinitas dalam media pemeliharaan berkisar 27 – 33‰. Rumput laut C.
lentillifera dapat bertahan hidup
pada salinitas 20 – 50‰. Akan tetapi untuk pertumbuhan hanya bisa terjadi pada
salinitas 20 - 45‰. Laju pertumbuhan spesifik maksimal 2,038±0,465 %/ hari
terjadi pada salinitas 35‰. (Dahlia et al.,
2015).
Pertumbuhan anggur
laut dipengaruhi oleh besarnya salinitas. Pertumbuhan Caulerpa racemosa telah
terbukti meningkat dengan meningkatnya kepadatan, tetapi lebih rendah
dibandingkan dengan Caulerpa taxifolia.
Pada kondisi laboratorium, Caulerpa
racemosa berhenti tumbuh ketika salinitas berkurang hingga 20 ppt, tetapi
tidak mati setelah dua puluh hari. Caulerpa racemosa dapat menahan paparan
dalam jangka pendek terhadap salinitas
serendah 20 ppt, dan mungkin dapat memulai pertumbuhan jika tingkat salinitas
meningkat setelah terkena paparan tersebut. (Fithriani, 2015).
Menurut Yuliyana, et al. (2015), Salinitas
merupakan salah satu
faktor penting yang
berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup dan pertumbuhan organisme. Kebanyakan makroalga atau rumput laut
mempunyai toleransi yang rendah terhadap perubahan salinitas. Rumput laut jenis
C. lentillifera dapat bertahan
hidup pada salinitas
berkisar antara 20-50
ppt, dan dapat
berkembang pada kisaran
30-40 ppt. Setiap organisme
laut memiliki kisaran
toleransi yang berbeda-beda
terhadap salinitas termasuk
C.
lentillifera. Spesies C. lentillifera tidak bertahan pada salinitas 15 ppt dan 55
ppt, membusuk dalam waktu tiga hari, dan secara bertahap menjadi putih dan
menjadi lunak. Rumput laut akan mengalami pertumbuhan yang lambat, apabila
salinitas terlalu rendah (<20ppt) atau lebih tinggi dari kisaran salinitas
yang sesuai dan jarak waktu tertentu.
DO Anggur Laut (Caulerpa sp.)
Menurut Dahlia, et
al. (2015), anggur laut merupakan mikro algae yang banyak di budidayakan,
dalam budidaya anggur laut salah satu faktor penentunya adalah DO. Nilai DO
yang terukur pada media pemeliharaan berkisar 3,2 – 20,4 mg/l. Nilai baku mutu
DO untuk rumput laut adalah lebih dari 5 mg/l. Hal ini berarti jika oksigen
terlarut dalam perairan mencapai 5 mg/l atau lebih, maka metabolisme rumput
laut dapat berjalan dengan optimal. Jika kadarnya kurang dari 5 mg/l menandakan
bahwa metabolisme anggur laut kurang baik.
Kecerahan Anggur Laut (Caulerpa sp.)
Anggur laut tumbuh
bergerombol atau berumpun oleh karena itu sering disebut sebagai anggur laut.
Keberadaannya dapat dijumpai di paparan terumbu karang dengan kedalaman hingga
200 m. Hasil pengamatan sechi disk
dapat diketahui bahwa lapisan kedalaman 40 cm mempunyai intensitas sinar 85%,
kedalaman 80 cm membunyai intensitas sinar 75% dan kedalaman 120 cm mempunyai
intensitas sinar sekitar 60%. Sebagai fitobentik, tumbuhan ini hidup menancap
atau menempel di substrat dasar perairan laut seperti karang mati, fragmen
karang, pasir dan lumpur. Anggur laut memerlukan cahaya matahari untuk
berfotosintesis karena anggur laut mengandung klorofil (Yudasmara, 2014).
Publisher
Gery Purnomo Aji Sutrisno, S.Pi
Daftar Pustaka
Dahlia, I., S.
Rejeki dan T. Susilowati. 2015. Pengaruh dosis pupuk dan substrat yang berbeda
terhadap pertumbuhan Caulerpa lentillifera. Journal of Aquaculture Management and Technology. 4 (4): 28-34.
Dahlia, I., S. Rejeki dan T. Susilowati. 2015. PENGARUH DOSIS PUPUK DAN SUBSTRAT YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN
Caulerpa lentillifera. Journal of Aquaculture Management and
Technology. 4(4):
28-34.
Dahlia,
I., S. Rejeki dan T. Susiowati. 2015. Pengaruh dosis pupuk dan substrat yang
berbeda terhadap pertumbuhan Caulerpa
lentillifera. Journal of Aquaculture
Management and Technology. 4 (4) : 28-34.
Dahlia.
I., Rejeki. S, dan Susilowati. T. 2015. Pengaruh dosis pupuk dan substrat yang
berbeda terhadap pertumbuhan Caulerpa
lentillifera. Journal of Aquaculture
Management and Technology 4 (4)
:28-34
Fithriani,
D. 2015. Opportunities And Challenges For Developing Caulerpa Racemosa As
Functional Foods. Knowladge Life Science.
1: 86-96.
Ginting, E.S., S. Rejeki, dan T.
Susilowati. 2015. Pengaruh perendaman pupuk organik cair dengan dosis yang
berbeda terhadap pertumbuhan rumput laut
(Caulerpa lentillifera). Journal of Aquaculture Management and
Technology. 4(4). 82-87.
Khatimah, K., M. F. Samawi dan M.
Ukkas. 2016. Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada Caulerpa racemosa yang Dibudidayakan di Perairan Dusun Puntondo,
Kabupaten Takalar. Jurnal Rumput Laut
Indonesia. 1 (1): 46- 51.
Rabia, M. D. S. 2016. Cultivation of Caulerpa lentillifera using tray
and sowing methods in brackishwater
pond. Environmental Sciences. 4(1): 23-29.
Susilowati A., A. E. Mulyawan, K.
Yaqin dan S. W. Rahi, 2018. Kualitas air dan unsur hara pada pemeliharaan Caulerpa lentilifera dengan menggunakan
pupuk kascing. Prosiding Seminar Nasional.
3 (1) : 275-282.
Yudasmara,
G. A. 2014. Budidaya anggur laut (Caulerpa
racemosa) melalui media tanam rigid
quadrant nets berbahan bambu. Jurnal
Sains dan Teknologi. 3 (2) : 468-473.
Yudasmara, G. A. 2014. Budidaya Anggur
Laut (Caulerpa Racemosa) Melalui
Medeia Tanam Rigid Quadrant Nets
Berbahan Bambu. Jurnal Sains dan
Teknologi. 3 (2): 468-473.
Yudasmara, G. A. 2014. Budidaya anggur
laut (Caulerpa racemosa) melalui
media tanam rigid quadrant nets
berbahan bambu. Jurnal Sains dan
Teknologi. 3 (2) : 468-473.
Yudasmara, G. A. 2014.
Budidaya anggur laut (Caulerpa racemosa)
melalui media tanam rigid quadrant nets berbahan
bambu. Jurnal Sains dan Teknologi. 3 (2): 468-473.
Yuliyana, A., S.
Rejeki dan L. L. Widowati. 2015. Pengaruh salinitas yang berbeda terhadap
pertumbuhan rumput laut latoh (Caulerpa
lentillifera) di laboratorium pengembangan wilayah pantai (lpwp) jepara. Journal
of Aquaculture Management and Technology. 4 (4): 61-66.
Post a Comment for "Anggur Laut (Caulerpa sp.); pH, Suhu, Salinitas, DO, Kecerahan"